JAKARTA, BERANTASSUMSEL.COM – Untuk mengantisipasi dan sekaligus merespon risiko terhadap banjir saat musim hujan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menginstruksikan seluruh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional untuk senantiasa siaga di wilayah kerjanya.
Kesiagaan personil dan peralatan diperlukan agar penanganan darurat ketika terjadi bencana dapat direspon dengan cepat.
“Memasuki musim hujan, kepala Balai agar tidak meninggalkan wilayah tugasnya tanpa seizin menteri,” ujar Menteri Basuki Kementerian PUPR telah menyiagakan Posko Siaga di 34 Balai Besar Wilayah Sungai dan 1 Posko Pusat.
“Seluruh Balai Besar juga telah melakukan penelusuran (walkthrough) terhadap sungai-sungai utama sepanjang 54,217 kilo meter (KM) dimana dari hasil penelusuran diketahui sepanjang 42,11 KM dalam kondisi kritis yang kemudian telah ditangani dengan pekerjaan rehabilitasi dan pemeliharaan sepanjang 30 Km,” jelas Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi.
Bencana banjir juga kerap mengakibatkan jalan cepat berlubang, tanah longsor hingga jalan atau jembatan putus akibat debit air yang deras. Oleh karenanya pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional untuk menyiagakan personil dan alat berat di lapangan, seperti excavator, buldozer dan material.
Pembangunan 65 bendungan salah satunya bertujuan untuk pengendalian banjir. Dari 49 bendungan baru, dua bendungan khusus dibangun untuk mengendalikan banjir di Jakarta dan sekitarnya yakni Bendungan Sukamahi dan Ciawi Jawa Barat.
Menteri Basuki menyatakan, masih banyak Daerah Aliran Sungai (DAS) yang belum mempunyai bendungan, sehingga masih terdapat potensi dan risiko banjir ketika terjadi curah hujan tinggi.
“Tanpa ada penampungan air, kita tidak bisa mengatur debit air. Sebagai contoh di Kota Manado pernah terjadi banjir besar, salah satunya karena belum ada bendungan. Karenanya kita sedang bangun Bendungan Kuwil Kawangkoan,” ungkap Menteri Basuki.
Pada tahun ini Kementerian PUPR menargetkan 8 bendungan akan selesai secara bertahap.
“Bendungan tersebut meliputi Bendungan Rotiklot di Nusa Tenggara Timur (NTT), Mila di Nusa Tenggara Barat (NTB), Gondang dan Logung di Jawa Tengah, Sei Gong di Batam, Sindang Heula di Banten, Passaloreng di Sulawesi Selatan, serta Bendungan Kuningan di Jawa Barat,” tuturnya. Menteri Basuki.
Sementara Dirjen SDA Hari Suprayogi mengatakan, dari delapan bendungan tersebut masih ada dua bendungan yang mengalami kendala sosial yakni pembebasan lahan pada Bendungan Passaloreng di Sulawesi Selatan dan Bendungan Kuningan di Jawa Barat. “Kalau konstruksinya bisa selesai tahun ini, tetapi tidak hanya konstruksinya namun juga harus bisa dilakukan penggenangan (impounding),” terangnya.
Walaupun demikian, menurutnya, Kementerian PUPR terus mengupayakan percepatan penyelesaian lahan tersebut agar kedua bendungan tersebut dapat segera diresmikan. (IMO Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar